top of page

Seni dan Budaya di Indramayu


Source : http://nationalgeographic.co.id/telisik-nusantara/media/komarudin_perayaan_adat_ngarot_6_1426007088-komarudin-197.jpg

Kabupaten Indramayu adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Indramayu yang merupakan pusat pemerintahan, sedangkan titik keramaian justru berada di kecamatan Jatibarang dan Haurgeulis, hal ini dikarenakan di Jatibarang terdapat pusat Pasar dan memiliki akses yang mudah seperti Jalur Pantura dan Stasiun Kereta Api, hal yang sama juga terjadi untuk Kecamatan Haurgeulis meski tak dilewati secara langsung oleh Jalur Pantura, namun Kecamatan ini dilalui oleh Jalur Kereta Api.


Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Cirebon di tenggara, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Sumedang di Selatan, serta Kabupaten Subang di barat.


Kabupaten Indramayu terdiri atas 33 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 315 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Indramayu. Hari jadi Kabupaten Indramayu ditetapkan pada tanggal 7 Oktober 1527.


Indramayu dilintasi jalur pantura, yakni jalur utama dan terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik lebaran. Kabupaten ini juga dilintasi oleh jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa, dengan salah satu stasiun terbesarnya adalah Stasiun Jatibarang yang berada di kota Jatibarang, sekitar 19 km ke selatan dari pusat Kota Indramayu.


Beberapa kecamatan-kecamatan penting di Wilayah Kabupaten Indramayu di antaranya adalah Indramayu, Jatibarang,Haurgeulis, Patrol, Karangampel, dan Terisi.


Walaupun Indramayu berada di Jawa Barat yang notabene adalah tanah Pasundan yang berbudaya dan berbahasa Sunda, namun sebagian besar penduduk Indramayu mempergunakan Bahasa Cirebon dialek Indramayu, masyarakat setempat menyebutnya dengan Basa Dermayon, yakni dialek Bahasa Cirebon yang hampir serupa dengan Bahasa Cirebon yang dipergunakan di wilayah pusat Keraton Cirebon di Kota Cirebon, dalam Bahasa Cirebon dialek Indramayu tata bahasanya terbagi menjadi dua yakni Basa Besiken (dipergunakan untuk berbicara dalam tatanan resmi dan menghormati lawan bicara) dan Basa Ngoko (dipergunakan sehari-hari dalam pergaulan).


Di bagian selatan dan barat daya kabupaten ini, beberapa wilayah menggunakan bahasa Sunda, mengingat sejarah kabupaten Indramayu yang dulu pernah masuk kedalam wilayah Kerajaan Galuh dan Sumedang Larang di Wilayah Selatan, sehingga mempengaruhi masyarakatnya berbahasa Sunda Khas Indramayu yang disebut Sunda Parean.


Indramayu memiliki potensi wisata yang lengkap, baik wisata Alam, wisata Ilmu Pengetahuan dan teknologi (IPTEK), wisata Agro dan Wisata Rohani. Selain itu Indramayu kaya akan potensi seni dan budaya yang beragam serta tradisi lama yang masih hidup dan berkembang dimasyarakat , salah satunya Seni Tari Topeng dan Upacara Adat Ngarot.


Tari Topeng


kesenian ini merupakan kesenian asli daerah Cirebon, termasuk Indramayu. Tari topeng adalah salah satu tarian di tatar Parahyangan. Disebut tari topeng, karena penarinya menggunakan topeng di saat menari. Tari topeng ini sendiri banyak sekali ragamnya, dan mengalami perkembangan dalam hal gerakan, maupun cerita yang ingin disampaikan. Terkadang tari topeng dimainkan oleh saru penari tarian solo, atau bisa juga dimainkan oleh beberapa orang.


Salah satu jenis lainnya dari tari topeng ini adalah tari topeng Kelana Kencana Wungu yang merupakan rangkaian tari topeng gaya Parahyangan yang menceritakan ratu Kencana Wungu yang dikejar-kejar oleh Prabu Menak Jingga yang tergila-tergila kepadanya. Pada dasarnya masing-masing topeng yang mewakili masing-masing karakter menggambarkan perwatakan manusia.


Kencana Wungu, dengan topeng warna biru, mewakili karakter yang lincah namun anggun. Menak Jingga (disebut juga Kelana), dengan topeng warna merah mewakili karakter yang berangasan, temperamental dan tidak sabaran. Tari ini karya Nugraha Soeradiredja.


Gerakan tangan dan tubuh yang gemulai, serta iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab, merupakan ciri khas lain dari tari topeng. Kesenian tari topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu sanggar tari topeng yang ada di Indramayu adalah sanggar tari topeng Mimi Rasinah, yang terletak di Desa pekandangan, Indramayu. Mimi Rasinahadalah salah satu maestro tari topeng yang masih aktif menari dan mengajarkan kesenian tari topeng walaupun dia telah menderita lumpuh semenjak tahun 2006, Mimi Rasinahwafat pada bulan Agustus 2010.



Atas kearifan Toto Amsar Suanda seni tradisi Indramayu ini pada tahun 1994 mengarungi Asia dan Eropa. Keunikan dari seni tari ini bukan menjadi sekadar pertunjukan, namun sebuah kesenian yang memerlukan keyakinan dan penghayatan.


Budaya Ngarot


Sejarah Ngarot

Ngarot merupakan salah satu upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Upacara adat ini diselenggarakan pada saat menyongsong datangnya musim hujan yaitu tibanya musim tanam padi. Biasanya adat ini dilaksanakan pada pekan ke-3 Desember dan selalu dilaksanakan pada hari Rabu yaitu salah satu hari yang dianggap keramat dan hari baik oleh masyarakat Lelea untuk menanam padi. Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yaitu istilah minum/ngaleueut.


Adat ini melibatkan muda-mudi untuk turut serta dalam upacara tesebut. Uniknya hanya pemuda dan pemudi yang masih menjaga kesuciannya yang boleh ikut dalam acara ini karena jika pemuda atau pemudi sudah tidak suci akan terlihat sangat buruk di mata para peserta ngarot, dalam upacara ini para gadis desa peserta upacara dihias dengan mahkota bunga di kepalanya sebagai lambang kesucian.


Upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Ngarot merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam dan sebagai penyemangat para petani untuk memulai bercocok tanam kembali serta sebagai pembelajaran dan regenerasi petani dari generasi tua terhadap generasi muda.


Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bertani seperti tandur(menanam padi), ngarambet (menyiangi), panen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah tersebut.


Susunan Prosesi Upacara Adat Ngarot

Peserta yang mengikuti upacara adat ngarot mengenakan pakaian yang khas. Remaja putri mengenakan busana kebaya berselendang yang dilengkapi aksesoris seperti kalung,gelang,cincin,bros,peniti emas,dan hiasan rambut. Uniknya hiasan rambut upacara ini menggunakan rangkaian bunga-bunga seperti bunga kenanga, melati,dan kertas. Sedangkan remaja putra mengenakan busana baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam yang di lengkapi dengan ikat kepala.simbol-simbol pada upacara Ngarot mengandung pesan yaitu pada bunga kenanga pesannya agar para remaja putri tetap menjaga keperawanannya, bunga melati mengandung pesan agar para remaja putri menjaga kebersihan diri dan kesuciannya, bunga kertas mengandung pesan bahwa remaja putri harus tetap menjaga kecantikannya sebagai kembang desa.


Simbol pada aksesoris kalung, gelang, dan cincin mengandung pesan bahwa petani harus bekerja dengan giat dalam menggarap sawah agar hasil panennya melimpah, sedangkan gelang akar bahar mengandung pesan bahwa seorang jajaka harus melindungi dan mengayomi keluarga dan masyarakat. Simbol pada pakaian kebaya, komboran yang bermakna pakaian khas memberikan pesan agar masyarakat harus tetap menjaga dan melestarikan pakaian adat petani, selendang mengandung pesan bahwa remaja putri harus menjaga penampilan fisik agar terlihat cantik dan menarik.


Upacara adat ngarot dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para peserta ngarot di halaman rumah Kepala desa Setelah para muda-mudi sudah di hiasi dandanan yang cantik dan gagah. kemudian muda-mudi ini di arak mengelilingi kampung dengan format kepala desa berada pada urutan paling depan disusul oleh remaja putri dan kemudian remaja putra pada barisan paling belakang.


Arak-arakan ini di iringi dengan music khas daerah Indramayu. Setelah acara di arak mengelilingi kampung, semua peserta ngarot masuk di aula balai desa dan disambut oleh tari topeng indramayu. Setelah itu masuklah kepada acara inti pada upacara adat ngarot,susunan upacara inti tersebut antara lain:

  • Pembukaan

  • Pembacaan Sejarah Singkat Ngarot

  • Sambutan Kuwu Desa Lelea

  • Prosesi Penyerahan Peralatan Pertanian kepada Para Kasinoman. Prosesi ini terdiri dari :

  1. penyerahan benih padi oleh kepala desa(kuwu) kepada perwakilan remaja putra dan putri. maksud dari prosesi ini adalah sebagai simbol bahwa musim tanam padi sudah tiba dan petani mulai menggarap sawah.

  2. Penyerahan Kendi berisi air putih oleh Istri kepala desa kepada perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol bahwa air tersebut di percaya sebagai obat untuk pertanian agar pertanian menjadi subur.

  3. Penyerahan Cangkul oleh Raksa Bumi(orang yang mengurus tentang tanah di sebuah desa) kepada perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah sebagai symbol agar masyarakat bisa mengolah sawah dengan baik.

  4. Penyerahan pupuk oleh sesepuh Desa kepada perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi tetap subur dan mendapat hasil panen yang melimpah.

  5. Penyerahan Ruas Bambu Kuning, Daun Andong dan Kelararas Daun Pisang oleh Lebai perwakilan remaja putra dan putri. Maksud dari prosesi ini adalah symbol agar tanaman padi terhindar dari serangan hama.

  6. Pemukulan GONG oleh Kuwu sebagai tanda dimulainya Pesta ngarot.


Perkembangan Upacara Adat Ngarot


Globalisasi memberikan dampak yang signifikan terhadap kebudayaan serta masuknya paham westernisasi dan modernisasi telah membuat masyarakat berpindah haluan dari agraris menjadi industri, hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap bangsa Indonesia pada umumnya dan masyarakat desa Lelea pada khususnya.


Paham-paham tersebut telah merubah perspektif masyarakat secara luas bahwa sector industri jauh lebih baik di bandingkan sector pertanian sebagai mata pencaharian mereka sehingga minat masyarakat dan generasi muda sudah berkurang untuk mengolah pertanian karena alasan sector industri lebih praktis jika di bandingkan dengan sector pertanian.


Tentu hal tersebut berdampak pada upacara adat ngarot yang notabene mengajak generasi muda untuk turut serta memajukan system pertanian. Saat ini generasi muda mulai enggan untuk mengikuti upacara adat ngarot, banyak putra-putri daerah Lelea yang sudah bekerja di luar kota, sehingga saat acara ini akan di mulai, putra-putri daerah tidak bisa hadir dengan alasan tertentu, jadi ada sedikit pergeseran para peserta dan nilai-nilai ngarot untuk masyarakat desa Lelea.


Para peserta upacara ngarot kini di ramaikan oleh putra-putri yang usianya masih sangat muda, hal tersebut terjadi karena putra-putri yang sudah menginjak usia produktif terbentur oleh pekerjaan ataupun study mereka. Nilai-nilai yang terkandung dalam upacara itupun sudah mulai memudar, saat ini sepertinya masyarakat desa Lelea mengadakan upacara adat Ngarot hanya sekedar untuk melestarikan kebudayaan yang ada sejak ratusan tahun yang lalu agar tidak punah.


Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page