top of page

Mempelajari Seni Musik dan Melestarikan Budaya Daerah

Belajar Musik


Seni musik adalah suatu cabang seni yang menggunakan musik sebagai sarana untuk mengungkapkan ekspresi pembuatnya. Sedangkan musik adalah seni yang menggunakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama.


Seni musik sudah menyatu dengan saya karena musik menurut saya adalah teman yang selalu ada disaat sedang sedih maupun senang dan musik itu pula saya jadikan sebagai ekspresi untuk mewakili perasaan saya terhadap orang yang saya sayangi. Bukan hanya sebagai penikmat atau pendengar, saya juga gemar sekali belajar musik mulai dari SMP saya sudah kenal degan beberapa alat musik.


Seni musik yang sudah pernah saya pelajari salah satunya dengung, degung adalah alat musik yang berasal dari Jawa Barat Masyarakat Sunda mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa, yaitu bahwa kata “degung” berasal dari kata “ngadeg” (berdiri) dan “agung” (megah) atau “pangagung” (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E. Sutisna, salah seorang nayaga Degung Parahyangan, menghubungkan kata “degung” dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam literatur istilah “degung” pertama kali muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata “De gong” (gamelan, bahasa Belanda). Di dalam kamus ini, “de gong” mengandung pengertian “penclon-penclon yang digantung”.


Saya belajar degung awalnya hanya di ajak oleh salah satu guru, saya bermain gendang di musik degung selama berada di grup degung sekolah saya belum pernah tampil di depan umum selain hanya di acara-acara sekolah seperti MILAD sekolah, perpisahan,dll.

(gambar ketika kelulusan sekolah)

Mendapat pengalaman dan ilmu menggendang dari sekolah, terkadang saya menggunakan ilmu tersebut diluar sekolah seperti pada acara-acara hajatan (organ tunggal), karena usaha orang tua saya adalah penyedia alat-alat untuk hajatan, dengan hal itu secara tidak langsung saya dapat mengembangkan ilmu yang didapat di sekolah.

(gambar ketika acara diluar sekolah)

Selain degung seni musik yang pernah saya pelajari adalah musik modern diantara nya keyboard (organ) walaupun hanya sebatas dasar nya saja dan sama seperti degung tadi belajar ini saya kembangkan lewat tampil di acara hajatan, selain untuk mengembangkan ilmu alasan lain agar bisa mendapat penghasilan.

( gambar ketika mengisi acara di promosi suatu produk kendaraan)

Seni musik adalah hobi bagi saya lain dari beberapa alasan diatas terkadang untuk me refresh otak ketika sedang menghadapi banyak tugas sewaktu sekolah saya sering mengisinya dengan bermain band dengan teman-teman saya sebagai drammer walaupun tidak begitu menguasai, dengan musik serumit apapun tugas atau masalah yang dihadapi setidaknya masalah tersebut akan terasa ringan.

(gambar ketika di studio music)

Melestarikan Budaya (Berokan)


Berokan adalah kesenian khas Indramayu dan sebagian wilayah Cirebon. Seni ini dimainkan oleh seorang yang bertindak sebagai pemain inti dengan menggunakan pakaian yang terbuat dari karung goni ditambah dengan ijuk dan serpihan tambang dan kaca, dengan kepala yang terbuat dari kayu yang mulutnya bisa digerakan buka tutup sehingga menimbulkan bunyi plak... plak.. plok….. Warna kedoknya merah dengan mata besar yang menyala, ekornya terbuat dari kayu yang dicat belang-belang merah. Dalam mulut pemainnya ada semacam pluit (disebut sempritan dalam bahasa Indramayu) yang terbuat dari bambu atau plastic.


Kesenian berokan saat ini seakan sudah mati karena tak ada lagi pewaris maupun pendukungnya. Padahal kata berokan dekat sekali dengan kata “barokahan”, yang menunjuk pada arti pemberkahan.


Kata be-rok itu sendiri dekat dengan kata “ba-rong”, yang di antara keduanya memiliki wujud dan fungsi serupa, sekali lagi, yakni makhluk mitologis penghalau bencana. Kepala berokan berupa topeng kepala binatang air, badan berokan berupa sarung yang terbuat dari karung goni, dan ekor berokan berupa tongkat sepanjang kurang lebih satu meter. Topeng berokan menggambarkan wajah buaya dengan kemoncongan mulut yang tidak runcing. Bagian mulut topeng dapat membuka dan menutup apabila digerak-gerakan oleh pemainnya dari bagian dalam sarung karung. Seolah-olah geraham topeng hidup. Bahkan bunyi plak-plok dapat terdengar keras apabila geraham topeng berokan itu dimainkan. Sementara yang menjadi badannya adalah karung goni yang berisi seorang pemain di dalamnya.


Mulut pemain berokan mengulum sompretan, yakni pita suara tambahan penghasil aneka suara. Sompretan ini digunakan oleh pemain berokan untuk dialog dengan “pawang” berokan atau untuk menyanyi apabila diminta.


Selanjutnya, sesudah penonton hadir memenuhi kalangan, seorang pemain masuk ke dalam tubuh berokan. Kedua tangannya masing-masing memegang topeng dan ekor berokan. Sementara mulutnya mengulum sompretan, pita suara untuk menghasilkan bahasa berokan. Jika seorang “pawang” bertanya pada berokan, maka berokan menjawab dengan suara yang dihasilkan oleh tiupan sompretan tersebut. Begitu pula jika “pawang” meminta berokan bernyanyi, ia akan menyanyi dengan suara sompretan.


Tetapi jangan sekali-sekali membuat berokan tersinggung. Sekali tersinggung, berokan akan marah. Dia bangkit dan mengejar anak-anak ataupun siapa saja. Dia masuk ke dalam rumah siapa saja yang kebetulan pintunya tidak tertutup. Atau ia mengejar siapapun sampai ke dalam rumah. Uniknya, adegan ini justru merupakan puncak permainan berokan. Berokan memang dibuat tersinggung, agar marah dan kemudian berkeliaran ke mana-mana


Ada beberapa makna yang dapat disimpulkan dari pertunjukan Berokan ini:

  • Makna mistis yaitu sebagai media penolak bala yang menjadi awal mula fungsi Berokan. Dengan mempertunjukan Berokan, dipercayai bahwa bala telah ditolak, dan dipercayai akan mendatangkan kebahagiaan.

  • Makna sinkretis karena Berokan digunakan sebagai media dakwah pada masa awal penyebaran syiar Islam di wilayah Cirebon.

  • Makna teatrikal karena Berokan beraksi menari, mengejar, dan memainkan kepalanya serta berbaur dengan spontanitas penonton yang merasa takut bercampur gembira

  • Makna universal, karena Berokan memiliki kemiripan bentuk dengan Barongsay dan Chilin dari Tiongkok, mahluk-mahluk naga dari Eropa Purba.


Saat saya berada di SMA saya ikut gabung di grup seni berokan yang berada di salah satu sanggar seni yang berada di Indramayu, saya menimba ilmu untuk mempelajari seni berokan dengan kemauan saya sendiri, hal yang sangat membuat bangga bagi diri saya adalah ketika saya dan teman-teman sekolah tampil di Bandung untuk mewakili kesenian khas dari Indramayu hal yang menambah rasa bahagia saya ketika saya dan teman-teman tampil di saksikan oleh para pejabat tinggi seluruh kabupaten/kota seluruh Jawa Barat.

(gambar ketika bermain berokan di Bandung)

Tentunya sebuah pengalaman yang sangat mengesankan tersebut akan selalu teringat dan selalu menjadi motivasi agar bisa melakukan hal yang sama dengan kesenian yang berbeda, tentunya saya sebagai generasi penerus bangsa yang hidup di masa yang berbeda saya ingin melestarikan kesenian yang sudah ada sejak dahulu seperti kesenian berokan ini jangan sampai kesenian (trend) luar negeri menguasai generasi muda penerus bangsa, dan jangan sampai kesenian yang berasal dari bumi pertiwi diakui oleh Negara lain.


DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Degung

http://hedisasrawan.blogspot.co.id/2014/01/seni-musik-artikel-lengkap.html

https://kancasora.wordpress.com/2012/10/10/sejarah-gamelan-degung-sunda/

https://wanakajir.wordpress.com/2011/05/18/kadinah-dan-berokan/




Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page