#Nasihatdiri (Dua Cara Mengatasi Masalah)
“KITA HIDUP SEBAB KITA SENANTIASA BERGERAK, BERTINDAK. SEBAB BERHENTI, MENUNGGU, SERINGKALI BERARTI MATI.” Aku teringat kala kuliah dulu mempelajari metodologi penelitian. Hal pertama yang peneliti lakukan saat tertarik dengan sebuah fenomena untuk ditelusuri adalah merumuskan masalah. Dan saat itulah pertama kalinya aku memahami definisi kata ‘masalah’. Masalah, umumnya didefinisikan sebagai kesenjangan (gap) antara kondisi ideal dan kondisi saat ini. Dengan kata lain, masalah adalah jarak antara keinginan dan kenyataan. Nah menariknya, dipikir-pikir, definisi serupa ini kiranya bisa pula kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mengapa orang memiliki masalah? Tengok saja, pastilah sebab belum bertemunya keinginan dengan kenyataan, keinginan membayar hutang, belum bertemu dengan kenyataan punya uang untuk melunasi. Keinginan menikah, belum bertemu dengan kenyataan dipertemukannya dengan jodoh. Keinginan pindah kerja, belum bertemu dengan kenyataan adanya lowongan yang cocok. Keinginan naik pangkat, belum bertemu dengan kenyataan dinilai berkinerja baik. Keinginan dihargai orang lain, belum bertemu dengan kenyataan mendapat penghargaan dari orang lain. Keinginan sampai rumah cepat, belum bertemu dengan kenyataan jalanan nan lengan tanpa hambatan. Seterusnya dan seterusnya. Segala yang dianggap sebagai masalah orang manusia, sejatinya adalah sebab belum bertemunya keinginan dan kenyataan.
Maka cara mengatasi masalah sejatinya ada 2. Pertama adalah mengelola keinginan, kedua adalah mengelola kenyataan. Kita mungkin belum sanggup mengubah kondisi kenyataan saat ini, maka agar tak jadi masalah, ubahlah standar keinginan. Ah, kiranya keinginan itu benar-benar penting dan berharga untuk dicapai, maka agar tak jadi masalah, ubahlah kenyataan dengan meningkatkan kemampuan, meninggikan kapasitas diri, mengubah tindakan, dsb. Nah, pada titik inilah kita pun segera insyafi bahwa masih bergelayutnya masalah dalam diri seseorang, sejatinya sebab salah satu dari dua cara tadi tak dijalankan. Ia biarkan jurang antara keinginan dan kenyataan itu menganga semata. Tak diubahnya keinginan, tak diubah pula tindakan. Sisi lain, mereka yang tak sudi berlama-lama dalam kubngan masalah adalah yang bersegera mengubah keinginan dan/atau mengubah tindakan. Bagi mereka, hidup adalah pergerakan. Kita hidup sebab kita senantiasa bergerak, bertindak. Sebab berhenti, menunggu, seringkali berarti mati.