top of page

Manusia Lagit (Mitos, Cinta dan Narasi Kehidupan)



Judul Buku : Manusia Langit Pengarang : J.A Sonjaya Penerbit : Kompas Tahun Terbit : 2010 Tebal Buku : 210 Dari mereka, aku banyak belajar tentang esensi persamaan dan perbedaan, tentang diriku yang kutemukan dalam diri mereka, tentang diri mereka yang kutemukan dalam diriku, utamanya tentang harga diri yang di satu tempat dijunjung tinggi tapi di tempat lain ternyata tak ada arti. Sinopsis Novel berlatar belakang kebudayaan Nias ini dimulai dari sebuah perjalanan panjang seorang dosen muda bernama Mahendra. Dosen arkeologi ini senang berdiskusi dengan mahasiswanya tanpa membatasi ruang dan waktu, dia sangat puas jika mahasiswanya dapat belajar dari pengetahuan dan pengalaman dirinya. Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan Yasmin, mahasiswi yang sering berdiskusi dengannya mengenai banyak hal dan Hendra tak bisa hindari bahwa ia jatuh cinta dengan Yasmin, kisah cinta antara dosen dan mahasiswi ini terus berlanjut hingga akhirnya yasmin gadis keturunan Arab yang umurnya lebih muda 10 tahun dari Hendra pun menerima pinangan sang dosen arkeolog ini, meja billiard 21 Cineta di depan Malioboro menjadi saksi cinta mereka. Namun polemik kisah cinta ini belum selesai, setelah meminta restu, orang tua Yasmin tidak setuju anaknya yang keturunan Arab asli itu menikah dengan seorang pribumi. Yasmin yang terbiasa hidup keras di Yogyakarta dan sudah terlanjur cinta dengan mas Hendra, begitu sapaan gadis itu pada kekasihnya. Akhirnya Yasmin menghilang selama 2 bulan, dan mengabarkan Hendra bahwa ia telah mengandung anaknya dan akan merawatnya sendiri. Hendra bingung dan sedih, kenapa Yasmin bersikap seperti itu padahal dia mau menikahinya dan bertanggung jawab. Setelah itu Hendra mendapat kabar bahwa Yasmin telah meninggal terbunuh di kamar hotel. Kesedihan melanda sang dosen, untuk membunuh kesedihannya Hendra pergi dari kampus dan pergi ke Nias. ​

Pada maret 2005 Nias dilanda gempa, dan akhirnya Hendra memutuskan untuk menjadi relawan, jejak langkahnya mengantarkan ia sampai kampung Gunungsitoli. Disana ia mengajar sebagai guru SD, kemudian naluri petualangannya membuat ia sampai di desa Banuaha, desa terpencil di Nias yang kental akan hukum adat dan kepercayaan terhadap leluhur yang sangat unik. Di kampung ini hendra bertemu dengan pemuda asli Banuaha bernama Sayani. Hendra dan sayani memulai petualangannya meneiti dan menggali layaknya seorang arkeolog. Saat Hendra dan Sayani menggali di ladang ia menemukan sebuah Priuk, Priuk itu membawa ingatannya terhadap sosok perempuan yang ia cintai dan anaknya, tentang pembunuhan bayi dan ternyata erat sekali dengan mitos roh pemakan bayi di Banuaha. Setelah ditelusuri melalui ama Budi, ayah Sayani yang merupakan tetua disana ternyata Hendra menemukan sebuah jawaban yang mungkin mengantarkan ia lebih dalam tinggal di Banuaha, hingga 2 tahun berlalu hendra hidup sebagai anak daerah disana, pergi ke ladang membantu ama Budi dan keluarga. Ia sudah menjadi bagian dari keluarga ama Budi, cerita tentang pengalaman, adat dan para leluhur Banuaha pun mengalir setiap malam dalam percakapan hendra dan ama Budi. Priuk-priuk yang ditemukan adalah tempat dimana bayi-bayi dikuburkan. Dulu, sebelum agama masuk ke Nias orang-orang masih mengamini mitos-mitos yang mereka ciptakan. Mengapa banyak Priuk? Mengapa banyak bayi yang dikubur hidup-hidup? Apa yang sebenarnya terjadi? Bahwa ketika pekerjaan mereka berburu, tentu berpindah tempat akan sering dilakukan, sehingga berat bagi mereka untuk memiliki banyak anak. Membunuh adalah tindakan yang diyakini tidak baik, sehingga munculah beragam mitos mengenai roh-roh halus, roh-roh leluhur untuk merasionalisasikan apa yang tidak bisa mereka katakan pada saat itu. Disinilah mitos memiliki peranan penting. Seiringnya dengan perkembangan zaman dan modernisme maka Hendra seorang akreolog menemukan sebuah jawaban, bukan jawaban atas pembunuhan namun jawaban atas sejauh mana mitos bekerja dan menciptakan kestabilan kehidupan. Bahwa hidup terlalu pahit jika terus melulu disandingkan dengan realitas dan alam menjadi menangis karena kegoisan manusia. Itulah titik dimana mitos bekerja efektif. Disinilah Hendra mulai menyadari tentang sebuah harga diri yang dijunjung tinggi dengan nilai yang berbeda. Mahendra menulis semua pengalamannya selama di Banuaha pada sebuah buku catatan. Namun, memikirkan hidupnya yang jauh dari dunia kampus dan hiruk pikuk Yogyakarta tak lantas membuatnya terlarut dalam kesedihan, ia menyalurkan bakat mengajarnya dengan menjadi guru SMP di Banuaha. Keramahan dan kenyamanan yang ia dapatkan dari keluarga ama Budi sangatlah membuat Hendra merasa berat untuk meninggalkan kampung ini. Keindahan alam Banuaha dengan sungai gomu-nya yang menjadi sumber kehidupan beserta gunung yang menjadi benteng kampung ini mengantarkan Hendra pada sebuah bola mata jelita seorang gadis Banuaha, Saita namanya. Gadis ini adalah murid Hendra sekaligus keponakan dari ama Budi. Hendra merasakan cinta lagi, namun seperti Yasmin kisah cinta Hendra pun berakhir dengan kematian saita karena sebuah pengorbanan harga diri. Hendra pun meninggalkan kampung demi menjaga harga diri ama Budi, harga diri di kampung ini sangatlah mahal, jika engkau mau didengar sebagai tetua, kau harus melaksanakan pesta Osawa 7 hari 7 malam seperti yang ama Budi lakukan 10 tahun yang lalu. Adat dan kepercayaan terhadap leluhur masih kental disini, memenggal puluhan babi adalah sebuah tradisi pesta ketika ada yang menikah, sakit, meninggal dll. Semua berpesta dengan babi, emas dan beras. Pada sebuah titik Hendra menyadari bahwa seberapa pun usahanya dirinya membaur dengan orang Banuaha ia tetaplah Mahendra seorang dosen arkeolog berdarah Jawa. Hendra berjanji pada ama Budi bahwa ia akan membawa pengalaman dan cerita-cerita ini pada manusia langit di perguruan tinggi dan suatu saat akan mengajak ama Budi ke kampusnya. Hingga akhirnya pada penghujung perjalanan ini Hendra masih mengharapkan Yasmin dan anaknya masih hidup dan bersamanya. Kekurangan Novel ini meninggalkan catatan perjalanan yang belum selesai, masih ada rasa penasaran yang ditinggalkan di akhir cerita. Apakah Yasmin masih hidup? Apakah Mahendra dapat membawa catatanya hingga ke dunianya (kampus)? Kelebihan Novel “Manusia Langit” sangat membuat saya penasaran, jalan ceritanya yang tak mudah di tebak dan isi cerita yang penuh dengan nilai-nilai budaya, agama maupun sosial membawa saya pada sebuah renungan mendalam mengenai keberadaan manusia di bumi ini yang begitu beragam hingga sebuah harga seseorang pun mempunyai nilai yang berbeda. Keindahan budaya Nias (fakta) dan alur cerita beserta tokoh (fiktif) dapat dipadu secara harmonis dan diramu dalam sebuah novel etnografis yang sangat keren.

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page