FILSAFAT HUKUM (Bagian I : Manusia dan Pengetahuan)
Judul Buku : Filsafat Hukum Teori dan Praktik Penulis : Prof. Dr. Sukarno Aburaera, SH, M.Si Prof. Dr. Muhadar, SH. M.Si Maskun, SH. LL.M A. Manusia 1. Manusia sebagai Makhluk Tuhan Realitas Manusia sebagai Makhluk ciptaan tuhan terdiri atas 2 unsur yaitu Jasad & Roh. Jasad dimaknai sebagai elemen kasar (Fisik) yang terkontruksi dari bertemunya Sperma & Ovum dalam Steam Sel, Darah, Daging, Tulang, Kulit, Bulu & Unsur Fisik lainnya. Roh dimaknai sebagai elemen halus (Non Fisik/Gaib) yang merupakan pemberian Tuhan melalui transformasi kehidupan. Unsur Roh memegang posisi Strategis & menentukan eksistensi manusia untuk dapat dikatakan sebagai Homo sapiens. Elemen Fisik tidak akan berfungsi tanpa adanya Elemen Roh didalamnya, dengan Roh manusia dapat berkembang menurut ketentuan yang telah ditetapkan Tuhan baik dalam bentuk jsad maupun pikiran. Roh mengantarkan manusia pada Fase untuk merasakan Senang, Sedih, Bahagia, Berani, Takut dan Benci. Dengan Roh manusia dapat menjadi makhluk hidup yang Bermoral, Bersusila & Bersosial, oleh karena itu Roh dipandang sebagai sumber kepribadian manusia yang akan mengantarkan manusi pada pemahaman proses Hakikat manusia. Manusia sebagai makhluk tuhan pada Hakikatnya memiliki wawasan luas tentang Jagat. Wawasan tersebut dapat diperoleh baik secara ilahiah maupun melalui upaya manusia yang dihimpun & dikembangkan selama berabad abad
2. Manusia sebagai Makhluk Tuhan yang Otonom Hakikat Manusia sebagai makhluk Tuhan yang Otonom terdiri atas dua hal yaitu, Aku Objek yang bersifat Terbatas & Aku Subjek yang dalam kesadaran tentang keterbatasan mampu membuktikan bahwa dalam dirinya sendiri ia bebas dari keterbatasannya. Manusia pada Prinsipnya adalah makhluk Lemah. Lemah dalam ketergantungan (dependensi) terhadap penciptanya. Namun pada Hakikatnya tuhan telah meletakan Otoritas dalam proses kehidupan (Script), tentunya Script tersebut dapat dilakoni oleh manusia dengan penuh pewarnaan & Variatif Tuhan memberi ruang bagi Manusia untuk mengembangkan diri dan bertahan, Otoritas Tuhan pada dasarya ada 2 pendekatan yaitu :
Manusia sebagai Makhluk yang hanya mengikuti seluruh ketentuan Tuhan yang telah digariskan
Manusia digambarkan sebagai Makhluk Otonom Penuh, dimana otoritas Tuhan sepenuhnya ada tanpa batasan & keterbatasan.
3. Manusia sebagai Makhluk berfikir Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah binatang yang memiliki rasional, yang membedakannya dengan binatang. Pengenalan diri merupakan proses yang akan mengantarkan manusia pada Fase dimana manusia memahami Hakikatnya sebagai Manusia B. Pengetahuan Pada Hakikatya menyoal tentang pengetahuan akan dimulai dengan pertanyaan apa itu pengetahuan dan bagaimana memperoleh pengetahuan tersebut. Pengetahuan di pandang sebagaimental state yang terproses melalui interaksi untuk dapat mengenali dan mengetahui tentang suatu Objek. Dalam proses lahirnya pengetahuan, maka pengetahuan dapat diperoleh melalui Media sebagi berikut : 1. Pengetahuan yang diperoleh melalui Indra Dalam proses ini Pengtahuan yang diperoleh melalu indra lebih bersifat Subjektif. Subjektif dalam pemaknaan bahwa ia terletak pada pengetahuan yang diperoleh melalui respons indra terhadap apa yang dilihat dan di rasakan. Contohnya : kalu tertabrak atau terlindas mobil pasti sakit. Proses pengetahuan dari contoh ini yaitu sakit yang dirasakan / diketahui setelah tertabrak/terlindas yang sebelumya tidak diketahui.<Proses pengetahuan melalui indra disadari tidak memiliki struktur & metode karena tidak jelasnya indikator yang dapat digunakan untuk mengujinya. Pengetahuan melalui Indra melibatkan organ-organ tubuh yang akan menerjemahkan respons indra dalam bentuk pengetahuan. 2. Pengetahuan yang diperoleh melalui Science (Ilmu Pengetahuan) Hakikat pengetahuan yang diperoleh melalui science adalah pengetahuan rasional empiris. Sehingga hipotesis yang dihasilkannya pun harus berdasarkan rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Misalnya, untuk sehat diperluka gizi, telur banyak mengandung gizi, karna itu, logis bila semakin banyak mengkonsumsi telur akan semakin sehat. Hipotesis ini belumlah diuji kebenarannya, tetapi Hipotesis ini telah mencukupi dari segi kerasionalannya. Dengan kata lain Rasional di sini menunjukkan adanya hubungan pengaruh atau huubngan sebab akibat 3. Pengetahuan yang Diperoleh melalui Filsafat Menurut arti kata Filsafat terdiri dari kata philein yang berarti Cinta dan hasrat yang besar atau yang berkobar-kobar atau yang sungguh-sungguh. Kebijaksanaan artinya kebenaran sejati atau kebenaran yang sesungguhnya. Jadi filsafat artinya Hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Menurut pengertian umum, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatau untuk memperoleh kebenaran. Filsafat adalah Ilmu pengetahuan tentang hakikat. Berbagai pendapat khusus tentang filsafat :
Rasionalisme yang menggunakan akal
Materialisme yang menggunakan materi
Idealisme yang menggunakan Ide
Hedonisme yang menggunakan kesenangan
Stoikisme yang menggunakan tabiat saleh
Perbedaan pandangan dalam Filsafat adalah sesuatu yang lumrah. Hal ini dikarenakan setiap orang mencoba mengkontruksi bangunan filsafat yang diketahuinya berdasarkan proses yang dilaluinya, baik dalam mikrokosmos maupun mikrokosmos. Perbedaan ini juga dipengaruhi oleh kebebasan berpikir yang melingkupi para penggiat filsafat sejak dahulu hingga sekarang untuk menemukan kebenaran dan kebijaksanaan, maka filsafat dapat dirumuskan sebagai berikut:
Filsafat adalah hasil pikiran manusia yang kritis dan dinyatakan dalam bentuk yang sistematis
Filsafat adalah hasil pikiran manusia yang paling dalam
Filsafat adalah refleksi lebih lanjut dari pada ilmu pengetahuan atau pendalaman lebih lanjut dari ilmu pengetahuan
Filsafat adalah hasil analisis dan abstraksi
Filsafat adalah pandangan hidup
Filsfat adalah hasil perenungan jiwa manusia yang mendalam, mendasar dan menyeluruh.
Dari rangkuman tersebut dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri berfilsafat adalah sebagi berikut: Deskripsi, Kritis atau Analisis, Evaluatif atau Normatif, Spekulatif, Mendalam, Mendasar dan Menyeluruh. Seseorang yang berfilsafat pada umumnya adalah seseorang yang monolog. Dapat diumpamakan sebagai Sesorang yang berpijak di bumi sedang mengadah kebintang-bintang. Atau seseorang yang berdiri di puncak tinggi, mengadah ke ngarai dan lebah di bawahnya. Masing-masing ingin mengetahui hakikat dirinya atau menyimak kehadirannya dalam kesemestaan alam (makrokosmos) yang ditatapnya. 4. Pengetahuan yang diperoleh melalui Mistik Pada umumya mistik adalah pengetahuan yang tidak rasional, adapun bila dikaitkan dengan agama ialah pengetahuan (ajaran atau keyakinan) tentang tuhan yang diperoleh melalui meditasi atau latihan spiritual, bebas dari ketergantungan pada Indra dan Rasio. Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami oleh Rasio, maksudnya hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dijelaskan secara rasional. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris. Di dalam Islam, yang termasuk pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh melalui jalan tasawuf. Yang tercakup dalam istilah ma’rifah, al-ittihad, hulul. Dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat, berbagai contoh mistik, misalnya kekebalan. Kekebalan dipandang sebagai pengetahuan mistik karena tidak dapat dijelaskan melalui logika sebab-akibatnya atau mengapa, tetapu pengetahuan ini (kekebalan) dapat dibuktikan secara Empiris. Pengetahuan mistik (sebenranya pengetahuan yang bersifat mistik) adalah pengetahuan yang superrasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris. Dalam Bahasa lain dapat disebutkan sebagai metarasional, metarasional ini adalah suatu tahapan yang menunjukan keterbatasan alam piker manusia, akan tetapi objek keterbatasan tersebut tetaplah rasional Penutup Relitas manusia sebagai ciptaan Tuhan pada akhirnya membutuhkan pengetahuan dalam memahami proses interaksi manusia dengan hakikat kemanusiaanya. Proses pencarian pengetahuan dapat diejawantahkan melalui Indra, Science, Filsfat dan Mistik (Kepercayaan).