Retorika Protokoler
Depok, Lisuma Gunadarma - Selasa 29 Maret 2016 nampak sejumlah Mahasiswa dan para Alumni Lisuma Gunadarma berkumpul di sekretariat Lisuma Gunadarma untuk menghadiri Diskusi Tentang Retorika Protokoler, dalam diskusi yang dimoderatori Oleh Elsa A Sikumbang (Kepala bidang Keilmuan dan Pengembangan Karir Lisuma Gunadarma 2016) dan dipaparka Oleh Sdr Rizky Fariana, ST. (Mantan Ketua Umum Lisuma Gunadarma periode 2013) Kajian yang bermulai pada pukul 18.00 - 21.00 berlangsung seru karena materi yang disajikan begitu santai dan hikmat selain itu sehabis materi selesai diadakan sesi debat Pro & Kontra. bagi kalian yang tidak menghadiri kajian tersebut bisa Melihat Ulasan dari materinya di bawah ini, tapi ingat membaca saja tidak cukup kalian harus mempraktekannya dan kalau bisa ikut dalam Kajian yang diadakan Lisuma tidak usah sungkan atau takut dimintai biaya. Acara yang diselenggarakan Lisuma Gunadarma selalu Gratis dan pastinya kalian akan mendapatkan Ilmu yang belum kalian dapatkan dimanapun. oke tanpa panjang lebar yuk kita lihat Resume dari Materinya : KONSEP DASAR RETORIKA (Drs. I Wayan Subaker, M.Hum.)
Keragaman Pengertian
Secara etimologis, kata retorika berasal dari kata Yunani rhetorke, yang berarti seni berbicara (Jordan, 1965), kemudian retorika di pandang sebagai seni / ilmu persuasi.
Louis Glorfeld menyatakan adanya kesulitan dalam mendefinisikan retorika : has never been easy to define, largly because of the imprecise and shifting meaning affixed to the word by individuals who use it in either a highly specialized or grandly sweeping sense.
Golden, Berquist, dan Coleman (1984) menyebutkan empat mitos pengertian retorika.
Mitos pertama, retorika lebih berkenaan dengan bahasa ornamental daripada dengan ide sebenarnya.
Mitos kedua, selaras dengan asosiasi retorika dengan ornament, retorika lebih di kaitkan dengan tampilannya (appearance) daripada realitasnya.
Mitos ketiga, retorika di pandang sebagai seni yang kurang utuh, yang terutama hanya menyangkut salah satu bagian saja dari retorika yang sebenarnya.
Mitos keempat, retorika mencakup semua tipe komunikasi yang termasuk wilayah cakupannya.
Definisi Retorika
Aristoteles mendefinisikan retorika sebagai the faculty of seeing in any situation the available means of persuasion.
Definisi Aristoteles ini kemudian di adopsi oleh Everent Lee Hunt yang menyatakan “Rhetoric is the study of men persuanding men to make free choises”.
Menurut definisi ini, retorika adalah studi bagaimana manusia mempersuasi dengan pilihan-pilihan secara bebas.
Marcus Fabius Quintilianus mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara efektif. Seorang orator adalah orang baik yang berbicara baik (the good man speaking well).
Plato menyatakan bahwa retorika sebagai the art of winning the soul by discourse (seni memenangkan jiwa dengan wacana).
Sejalan dengan perkembangan peradaban dan kebudayaan cakupan retorika tidak saja berkenaan dengan seni berbicara, tetapi berkenaan dengan keterampilan menyampaikan ide, pesan secara tertulis.
Rothwell (1971) menyatakan “the stud y of rethoric has broadened to include written as well as spoken discourse. Today rhetoric is involved with prose as well oratory”.
Edward P.J Cobert dalam bukunya The littlerhetoric and handbook with readings mendefinisikan retorika secara sederhana sebagai berikut : rhetoric is the art of affective communication.
Tidak jauh berbeda dengan definisi Edward P.J Corbert tersebut Brooks dan WARREN (1973) menyatakan “ Rhetoric is the art of using language affectively”.
Ivon Amstrong Richards menyatakan “Rhetoric, I shall urge should be a study of misunderstanding and its remedies”.
Golden, Barquist dan Coleman (1984) mengemukakan perspektif retorika dalam komunikasi sebagai berikut, “Genui rhetoric occurs when a communicator present an informative or suasory ethical verbal (written or oral) or non verbal message spesifically designed to create a persuasive affect in an audience comorised of readers or listeners who have a choice or perceived choice and the power to modify the exigencies upon which discourse is constructed”.
Tujuan Retorika
Retorika yang di kembangkan oleh Plato bertujuan untuk membuat kebaikan atau keinginan Tuhan diketahui (to make the will of God known). Aristoteles kemudian mengembangkan retorika yang bertujuan untuk persuasi.
Menurut Cahim Parelman retorika pada dasarnya bertujuan sama yaitu to intensify an adherence to values, to create s disposisito act, and finally to bring people to act (untuk menebalkan kesetiaan terhadap nilai-nilai, menciptakan disposisi bertindak, dan menuntun orang bertindak).
Tujuan retorika di kembangkan oleh I.A, Ricahards (1965) dalam bukunya The Philosophy of Rhetoric adalah membina berkembangnya saling pengertian, kerja sama, dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat lewat kegiatan bertutur.
Fungsi Retorika Menurut Forbes I Hill (1983) dalam artikelnya Rhetoric of Aristotle, retorika yang di kembangkan Aristoteles pada dasarnya memiliki 4 fungsi :
Menegakkan kebenaran dan keadilan.
Memberi informasi kepada kebanyakan orang.
Meyakinkan.
Mempertahankan diri dari ketidakadilan.
RETORIKA PRAKTIS
PENGERTIAN
Corax, kecakapan berpidato di depan umum.
Plato, merebut jiwa manusia melalui kata-kata.
Kaum Sofis (Georgias, Lysias, Phidias, Protogoras), alat untuk memenangkan suatu kasus lewat bertutur.
D. Beckett, seni untuk mengafeksi pihak lain dengan tutur.
JENIS-JENIS PIDATO
Improptu Pidato yang di lakukan secara spontan, tanpa persiapan sebelumnya.
Keuntungan :
Lebih dapat mengungkapkan perasaan pembicara yang sebenarnya.
Gagasan dan pendapatnya datang secara spontan sehinggga tampak segar dan hidup.
Memungkinkan pembicara harus berfikir.
Kerugian :
Dapat menimbulkan kesimpulan yang mentah.
Mengakibatkan penyampaian yang tersendat-sendat dan tidak lancar.
Gagasan yang disampaikan bisa acak-acakan dan ngawur.
Kemungkinan demam panggung besar sekali.
Hal-hal yang perlu di perhatikan :
Pikirkan lebih dahulu teknik pemulaan pidato yang baik; misalnya, cerita , hubungan dengan pidato sebelumnya, bandingan, ilustrasi dll.
Tentukan sistem organisasi pesan; misalnya susunan kronologis, teknik pemecahan soal, kerangka sosial, ekonomi dan politik, hubungan teori dengan praktik.
Pikirkan teknik menutup pidato yang mengesankan.
Manuskrip Pidato dengan naskah, juru pidato membaca naskah pidato dari awal sampai akhir. Manuskrip diperlukan oleh tokoh nasional, sebab kesalahan satu katakerja saja, dapat menimbulkan kekacauan dan berakibat jelek bagi pembicara. Manuskrip juga dilakukan oleh ilmuwan yang sedang melaporkan hasil penelitiannya dalam pertemuan ilmiah.
Keuntungan :
Kata-kata dapat di pilih dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menyampaikan arti yang tepat dan pernyataan yang gamblang.
Pernyataan dapat di hemat, karena manuskrip dapat disusun kembali.
Kefasihan pembicara dapat di capai, karena kata-kata sudah disiapkan.
Hal-hal yang ngawur atau menyimpang bisa dihindari.
Manuskrip dapat diterbitkan atau diperbanyak.
Kerugian :
Komunikasi pendengar akan berkurang, karena pembicara tidak berbicara langsung dengan mereka.
Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, sehingga akan kehilangan gerak dan bersifat kaku.
Umpan balik dari pendengar tidak dapat mengubah pesan.
Pembuatannya relatif lebih lama.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Susunlah terlebih dahulu garis besarnya dan siapkan bahan-bahannya.
Tulislah mauskrip seakan-akan anda bicara, guakan gaya percakapan yang lebih informaldan langsung.
Baca naskah itu berkali-kali sambil membayangkan pendengar.
Hafalkan sekedarnya sehingga anda dapat lebih sering melihat pendengar.
Siapkan manuskrip dengan ketikan besar, tiga spasi dan batas pinggir yang luas.
Memoriter Pesan pidato di tulis kemudian di inat kata demi kata.
Keuntungan :
Seperti Manuskrip, Memoriter memungkinkan penggunaan ungkapan yang tepat, organisasi pesan yang terencana, pemilihan kata yang teliti, gerak dan isyarat yang di integrasikan dengan uraian.
Kerugian :
Karena pesan sudah tetap, maka tidak ada hubungan antara pembicara dengan pendengar.
Kurang langsung.
Memerlukan banyak waktu dan persiapan.
Bahaya terbesar adalah jika ada kata-kata yang hilang dari ingatan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
Sebaiknya tidak menghafal seluruh naskah pidato, melainkan menghafal bagian-bagian yang penting saja. Ekstempore Jenis pidato yang paling baik dan paling sering di lakukan oleh juru pidato yang mahir. Pidato sudah di siapkan sebelumnya berupa out line (garis besar) dan pokok-pokok penunjang pembahasan (supporting points). Pembicara tidak berusaha mengingatnya kata demi kata. Out line hanya merupakan pedoman untuk mengatur gagasan yang ada dalam pikiran kita.
Keuntungan :
Komunikasi antara pembicara dengan pendengar berlangsung baik karena pembicara berbicara langsung kepada mereka.
Pesan bersifat fleksibel dan dapat di rubah sesuai dengan kebutuhan.
Penyampaian lebih spontan.
Kerugian :
Bagi pembicara yang belum ahli dapat menimbulkan kerugian.
Persiapan kurang baik bila disiapkan secara terburu-buru.
Pemilihan bahasa yang jelek.
Kefasihan yang terlambat karena kesukaran memilih kata dengan segera.
Kemungkinan menyimpang dari out line.
Hal-hal yang perlu di perhatikan :
Jika menggunakan jenis pidato yang ekstempore harus dengan latihan yang intensif.
PERSIAPAN PIDATO
Pembicara
Fisik
Makan yang teratur dan hindari mengkonsumsi makanan yang berpengaruh negatif pada tubuh.
Istirahat yang cukup.
Jaga kebersihan tubuh.
Penampilan busana yang mengesankan.
Mental
Jauhi ketegangan dan kecemasan.
Tambah kualitas spiritual.
Auto sugesti.
Materi / Topik
Sesuai dengan latar belakang pengetahuan pembicara dan pendengar.
Menarik minat pembicara dan pendengar.
Jelas ruang lingkup dan pembatasannya.
Sesuai dengan waktu dan tempat.
Dapat di tunjang dengan bahan yang ada.
Pendengar
Waktu
Sesuai kondisi masyarakat (tidak bersamaan dengan kegiatan yang melibatkan orang banyak)
Tempat
Masjid , aula , lapangan terbuka.
Properti
Sound system , podium , panggung , lampu , kursi , dll.
MEMBUKA DAN MENUTUP PIDATO
Membuka Pidato
Langsung menyebut pokok bahasan.
Melukiskan latar belakang masalah.
Menghubungan dengan peristiwa mutakhir / kejadan yang menjadi pusat perhatian khalayak.
Menghubungkan dengan peristiwa yang sedang di peringati.
Meghubungkan dengan tempat berlangsungnya pidato.
Menghubungkan dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak.
Menghubungkn dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu.
Memberikan pujian kepada khalayak.
Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan.
Mengajukan pernyataan provokatif.
Menyatakan kutipan.
Membuat humor.
Menutup Pidato
Menyimpulkan / mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
Menyatakan kembali gagasan utama.
Mendorong khalayak untuk bertindak (appeal for action).
Mengakhiri dengan klimaks.
Menyatakan kutipan.
Memuji dan menghargai khalayak.
Membuat humor / anekdot lucu.
HAMBATAN PIDATO
Faktor Suara
Suara-suara ramai / keras lainnya yang masuk pada saat pidato sedang berlangsung akan sangat mengganggu. Gangguan itu bisa karena di sengaja seperti sabotase, sentiment ,dsb atau karena tidak sengaja seperti jeritan orang-rang karena kecelakaan, suara pesawat terbang, suara kereta api , pengaturan pengeras suara yang tidak tepat , dll.
Faktor Bahasa
Pidato adakalanya gagal karena persoalan bahasa, pidato yang tidak dapat di mengerti / dapat di mengerti akan tetapi dengan kesalah pahaman oleh pendengar.
Faktor Prasangka
Adanya prasangka-prasangka tertentu akan menghambat jalannya pidato. Perbedaan ras , golongan , aliran , agama dll seringkali memunculkan penilaian yang subyektif dan mengalahkan rasio serta akal sehat.
Faktor Motivasi dan Keinginan
Seseorang , termasuk pendengar suatu pidato lebih banyak memperhatikan hal-hal yang erat kaitannya engan motivasi dan kepentingan dirinya. Karena itu, pidato yang tidak di sesuaikan dengan motivasi dan kepentingan khalayak yang mendengarnya akan mendapatkan beberapa kesulitan.