top of page

Perjuangan Sella Untuk Merdeka

Langit menjelang sore kala itu gelap disertai suara gemuruh yang menyeramkan, kilat pun tak mau kalah ikut serta menambah kekelaman di sore itu. Sella yang mengenakan baju serba hitam baru saja tiba dirumah setelah menghadiri pemakaman ayahnya, air matanya deras membasahi pipi. Ia berdiri di sudut rumah sambil memandang derasnya hujan dan langit yang gelap dibalik jendela. Selang beberapa menit kemudian ia merasakan sentuhan halus di kepalanya, kemudian sang tangan itu pun mulai memeluk erat tubuhnya dari belakang.


“Sella, sudahlah kita tidak boleh terus terpuruk seperti ini. Ayahmu pasti sudah tenang dan bahagia disana.” Suara ibu memecah kekelaman sore itu.

“Tapi bu, apakah sella harus berhenti sekolah untuk membantu ibu mendapatkan uang?” sahut sella sambil tersedu-sedu

“tidak usah memikirkan itu nak, sisa uang jaminan yang diberikan pak mandor atas kecelakaan kerja dan kematian ayahmu cukup memenuhi kebutuhan kita selama beberapa bulan kedepan, ibu juga akan menerima jasa mencuci dan menyetrika kembali. Kau fokus saja pada sekolahmu nak.” Jawab ibu sambil memeluk anak semata wayangnya itu.

Keesokan harinya Sella yang kini duduk dibangku kelas 2 SMA, mulai kembali pada aktifitas sekolahnya. sella merupakan anak yang cerdas dan aktif disekolah, dikelasnya dia selalu mendapat peringkat 3 besar, dia juga aktif mengikuti berbagai organisasi seperti OSIS dan PASKIBRA. Belum lama ini sella mengikuti seleksi anggota paskibraka nasional, namun pengumumannya tak kunjung datang. Sella selalu berlatih agar bisa terpilih menjadi anggota PASKIBRAKA Nasional, karena itu merupakan salah satu mimpinya dan juga mimpi ayahnya yang juga dulu pernah menjadi anggota paskibraka nasional. Ayahnya selalu mensuport sella untuk mengikuti seleksi tersebut.

Setiap hari setelah pulang sekolah ia selalu disibukkan dengan berbagai kegiatan organisasinya, namun kali ini sella harus mempertimbangkan kembali agar bisa meluangkan waktu untuk bisa mendapatkan uang, ia tidak mungkin hanya melihat ibunya bekerja keras banting tulang, ia harus meringankan beban ibunya. Akhirnya setelah ia berusaha merenung, ia menemukan bagaimana cara untuk mendapatkan uang, ia akan berjualan gorengan disekolah, dengan begitu ia tidak akan mengorbankan waktu sekolahnya, ia bisa berdagang sambil melakukan kegiatannya sekolahnya.

Sella harus bangun subuh agar bisa mempersiapkan dagangannya mulai dari membuat adonan dan memasaknya hingga matang. Modal pertama untuk ia berdagang ia dapatkan dari hasil memecahkan celengan babinya. Hari pertama berdagang lumayan, ia hanya menyisakan 2 gorengan saja, sisanya ia makan sendiri atau diberikan ke ibunya.

Beberapa hari kemudian sella mendapatkan informasi bahwa ia lolos seleksi kabupaten, selanjutnya ia akan mengikuti seleksi tingkat provinsi. Betapa senangnya hati sella kala itu. Namun ada sesuatu hal yang mengganjal kepergiannya untuk pergi seleksi tingkat provinsi.


“Sella, ada apa sayang? Ibu perhatikan kamu semenjak pulang sekolah hanya merenung saja dibalik jendela ini.” Suara ibu menghentikan lamunan Sella, Sella memang terbiasa melamun atau menangis dibalik jendela sambil memandang langit kala ia sedang dirundung sedih atau bimbang.

“Hmmm… itu bu.” Jawab Sella ragu, ia tidak tega untuk meninggalkan ibu sendiri dirumah jika ia pergi untuk seleksi provinsi.

“Kenapa sayang? Kamu biasanya gak seperti ini. Gak pernah menyembunyikan sesuatu dari ibu. Katakanlah sayang…” sahut ibu meyakinkan Sella.

“Aku lolos seleksi PASKIBRAKA kabupaten bu, dan aku harus mengikuti seleksi PASKIBRAKA Provinsi, keberangkatannya 3 hari lagi, dan aku disana hingga 3 minggu untuk menjalani berbagai pelatihan dan beberapa serangkaian seleksi lagi.” Jawab Sella menunduk.

“Alhamdulillah sayang… akhirnya mimpi kamu selama ini terwujud, ibu senang sekali mendengarnya. Kamu harusnya senang juga Sella, jangan khawatirkan ibu tinggal sendiri disini, ibu akan sedih jika kamu tidak mengambil kesempatan itu.” Jawab ibu yang mengerti kebimbangan dan kesedihan anaknya.

Beberapa hari kemudian tibalah saatnya Sella untuk berangkat seleksi PASKIBRAKA provinsi, ia banyak mendapatkan dorongan dan motivasi dari teman-teman dan gurunya, terutama ibunya yang selalu meyakinkan dia bahwa ia akan lolos hingga tingkat nasional.

Sesampainya Sella di Provinsi Bandung, ia merupakan satu-satunya perwakilan Cirebon untuk seleksi di provinsi jawa barat ini. Ia bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah jawabarat lainnya, salah satunya ia bertemu dengan Tika dari perwakilan kota bandung, ia dan Tika akhirnya menjadi teman akrab selama seleksi berlangsung.

Beberapa hari setelah menjalani kegiatan pelatihan tibalah saatnya proses seleksi, dari 70 peserta yang akan lolos hanya empat orang saja untuk melanjutkan kembali tahap seleksi Nasional. Dan yang tidak berhasil lolos akan menjadi PASKIBRAKA Provinsi. Suasana saat itu sangat menegangkan sekali, para peserta harap-harap cemas menantikan pengumuman yang akan disampaikan wali kota bandung itu. Sella hanya menunduk dan banyak berdoa semoga hasil yang akan keluar memang yang terbaik untuknya. Ia tidak begitu yakin bisa lolos seleksi Nasional yang pesertanya saat ini benar-benar berbakat dan pintar sekali, ia hanya pasrah akan hasil yang akan keluar nanti karena ia tidak ingin kecewa jika ia terlalu yakin untuk lolos namun hasilnya sebaliknya.


“Nama-nama peserta berikut adalah nama-nama peserta yang berhasil lolos PASKIBRAKA tahap Provinsi, dan berhak kembali melanjutkan ke tahap Nasional” suara pak wali kota terdengar lantang sekali mengumumkan hasil seleksi.

“Erda Syahputa dari perwakilan garut, Safitri Nur Fikri dari perwakilan Subang, Isma Salsabila dari perwakilan Sumedang dan yang terakhir Nurmala Sellawati dari perwakilan Cirebon. Selamat kepada peserta yang lolos, dan selamat juga yang belum berhasil lolos karena kalian berhasil menjadi PASKIBRAKA Provinsi.”

“Sel, sella nama kamu disebut sel, selamat ya…” sahut Tika menghentikan lamunan Sella yang sejak tadi hanya tertunduk.”

“Hah..? masa? Aku tidak mendengar namaku disebut.” Jawab Sella terkejut dan tak percaya.

“Kamu sih dari tadi hanya tertunduk saja, tidur ya? Aku jelas-jelas mendengar namamu disebut, ayo cepat ke podium.” Jawab Tika sambil menarik tangan Sella agar bangun dari tempat duduknya.

Singkat cerita Sella pun akhirnya lolos juga menjadi PASKIBRAKA NASIONAL. Impian yang selama ini ia tanamkan dalam benaknya kini menjadi kenyataan. Ia ingat sekali di hari 17 agustus tahun kemarin ia dan ayahnya pernah bercakap-cakap tentang pengalaman ayahnya menjadi PASKIBRAKA Nasional. Ia juga sempat mengucapkan bahwa ia tak akan kalah dari ayahnya, dan ia meminta ayahnya untuk membelikannya coklat yang banyak jika ia berhasil menjadi PASKIBRAKA Nasional, keinginan Sella hanya coklat karena ia memang suka sekali dengan coklat, dan ia pun tak akan meminta sesuatu yang diluar kemampuan ayahnya.


“Ayah, coklat inikah yang ayah berikan jika ayah sekarang masih hidup? Aku berhasil menjadi PASKIBRAKA NASIONAL seperti ayah, kini aku benar-benar bisa merasakan rasanya bertemu presiden, masuk TV, diwawancarai reporter, namaku disebut diberbagai media karena aku menjadi pembawa baki di upacara pengibaran bendera, aku kini tahu itu semua yah, apa yang ayah pernah rasakan dulu. Kini ayah pasti bangga ya denganku?” sella menangis tersedu-sedu sambil memakan coklat yang ia dapatkan dari beberapa kalangan pejabat yang hadir, ia lantas langsung mengingat ayahnya dulu.

"Ayah, aku juga masih ingat apa yang ayah ucapkan tentang makna kemerdekaan yang ayah ucapkan kepadaku. “perjuanganmu sekarang bukan perjuangan melawan penjajah, tapi melawan dirimu sendiri, melawan rasa malasmu untuk bangkit dari keterpurukanmu, melawan rasa ragu-ragumu untuk segera menjemput mimpimu”.

"Ayah terimakasih selama ini engkau telah menjadi pahlawan bagiku, perjuanganku memang belum selesai yah, aku juga belum merdeka, sebelum aku bisa membahagiakan ayah dan ibu dengan kehidupan yang lebih baik”

# THE END

Featured Posts
Check back soon
Once posts are published, you’ll see them here.
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page