The Journey of Journalism: Mengudara dengan Bebas dan Kuat
Media Konvensional masih unggul dalam perannya sebagai pemberi berita kepada Publik dibandingkan Media Online. Di Media Konvensional Kerja-kerja Jurnalistik tidak sebatas pada Media cetak. Media Elektronik seperti Televisi menjadi salah satu Media penyampaian berita yang sangat efektif. TV menyuguhkan berita secara Audio dan Visual, sehinga kebanyakan dari masyarakat Indonesia masih mengandalkan TV untuk mendapatkan informasi. Teknik peliputan berita di Media elektronik dalam hal ini TV sangat jauh berbeda dengan Media cetak. Namun pada dasarnya ketika meliput berita untuk Media cetak maupun elektronik, seorang Jurnalis harus memiliki moral dan etika baik. Moral dan etika adalah prinsip dan nilai-nilai yang menurut keyakinan seseorang atau masyarakat dapat diterima dan dilaksanakan secara benar. Dalam hal ini Moral dan etika jurnalistik bisa diartikan sebagai prinsip seorang jurnalis dalam melakukan kegiatan jurnalistiknya. Moral dan etika sendiri bersifat subjektif, sehingga perlu adanya standarisasi. Fajar Kurniawan, dalam kesempatanya mengisi acara Quantum Jurnalisme Lisuma Indoensia, mengatakan bahwa, “Seorang Jurnalis harus berpedoman kepada UU Pers No. 40/1999, Kode Etik Jurnalistik, UU. Penyiaran No. 32/2002, dan P3SPS”. Mengudara di Televisi pun memiliki standarisasi Etika. Dalam menyajikan berita seorang jurnalis tidak boleh menyinggung ranah Privacy seseorang maupun narasumber, harus menyajikan berita dengan berimbang dan tidak memihak seseorang maupun golongan tertentu. Hal itu sesuai dengan salah satu fungsi Media itu sendiri yaitu to mediate, melakukan mediasi terhadap suatu kejadian dan menyerahkan sepenuhnya kesimpulan atas liputannya kepada publik. Penelitian dari ilmu psikologi membuktikan bahwa masyarakat yang menerima berita melalui Televisi akan memperhatikan beberapa aspek berita tersebut secara Audio dan Visual. Pertama, Narasi yang disertakan dalam sebuah berita akan menambah kelengkapan berita yang disajiakan, sehingga masyarakat mendapatkan fungsi Audio dari Narasi ini. Kedua, Teknik peliputan berita itu sendiri akan divisualisasi melalui Televisi, sehingga junalis perlu memperhatikan Teknik peliputan berita yang akan disimak oleh publik.
Dalam meramu berita menjadi sebuah informasi yang dapat dinikmati secara Audio visual, jurnalistik akan melakukan proses produksi secara bertahap. Menentukan topik berita yang akan diangkat merupakan hal pertama yang harus dilakukan oleh seorang wartawan, kemudian menentukan sudut pandang berita itu, menentukan gambar yang akan diambil, menentukan siapa yang akan diwawancarai, membuat kerangka data yang dibutuhkan, dan menetukan Kriteria Stand-UP/ ON-Cam (Opening, Bridging, Closing). Berita Media Eletronik tidak akan lepas dari sebuah Peliputan. Seorang watawan akan melakukan sebuah kegiatan meliput sesuai dengan waktu dan kondisi peristiwa itu terjadi. Meliput berita dapat menggunakan 4 teknik. Pertama, meliput berita dengan menggunakan indra dengan langsung mengudarakan berita tersebut dari Tempat Kejadian Perkara (TKP). Kedua, dengan mengandalkan teknik Wawancara saksi mata ditempat kejadian, kronologis kejadian yang tidak bisa diberitakan langsung menggunakan indra Reporter akan terwakilkan oleh kesaksian para narasumber atas peristiwa itu. Ketiga, teknik Investigasi, teknik ini bisa digunakan untuk melakukan penyelidakan secara continue terhadap sebuah kasus yang sekiranya ditutup-tutupi kebenaranya. Selanjutnya adalah Teknik Kamuflase atau penyamaran, hal ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan berita secara Real berdasarkan keterlibatan seorang wartawan itu (menyamar) dalam sebuah kasus. Dari keempat teknik meliput berita diatas, Teknik Investigasilah yang sangat berpotensi membahayakan keamanan kehidupan seorang wartawan (keamanan keluarga, kerabat maupun orang disekitar wartawan) yang sedang meyelidiki kasus besar terkait masalah publik dan birokrasi. Seorang jurnalis/ wartawan harus mengutamakan keselamat dirinya, seperti yang dikatakan oleh kakanda Gultom, “Setinggi apapun nilai berita, tidak lebih berharga dari nyawa anda sendiri”. Wartawan muda ini sangat menekankan bahwa keselamatan diri seorang wartawan adalah sesuatu yang terpenting, sehingga seorang wartawan harus memiliki sikap yang jelas dalam mengambil keputusan apapun dengan mempertimbangkan beberapa aspek kehidupan berbangsa dan bernegara”, ujar kakanda Gultom ketika mengisi acara Quantum Jurnalisme Lisuma Indonesia di Graha Wisata TMII, Jumat, 22/03/13.
Memproduksi berita di Media Televisi berbeda dengan tahapan-tahapan produksi berita di Media cetak. Ada 3 tahapan dasar untuk memproduksi berita di TV, yaitu Shooting, wawancara, pengambilan gambar. Shooting atau pembuatan film merupakan proses yang nantinya akan ditampilkan di layar kaca Televisi yang akan didampangi oleh Narasi penjelas peristiwa yang berasal dari hasil pengamatan maupun wawancara, kemudian sebagai alat pendukung dapat pula disajikan beberapa gambar yang mengandung makna dan informasi dalam penyampaiannya. Televisi merupakan salah satu media massa yang kompleks. Semua orang yang terlibat dalam penyiaran berita memiliki peran penting, yang saling mendukung satu sama lain. Hasil berita yang bermutu tidak dapat dihasilkan jika semua elemen tidak saling terintegrasi. Komunikasi dalam hal ini sangat berperan penting. Menurut Nunung Setiani, Terdapat tiga peran utama dalam penyiaraan berita di layar kaca. Pertama, News Reader, dia adalah orang yang membacakan narasi penjelas ketika sebuah ramuan berita berupa video/ gambar disajikan. Kedua, News Caster, dia adalah jurnalis profesional yang mencari berita kemudian ia pelajari dan menceritakan kepada publik melalui TV. Ketiga, News Anchor, dia adalah jurnalis professional dibidang presenter. Seorang News Anchor akan memandu jalannya acara berita sehingga terjadi komunikasi yang interaktif dalam acara tersebut. Acara TV seperti Talkshow, debat dll. Membutukan News Anchor yang kreatif serta cerdas menanggapi berbagai kejadiaan yang akan diberitakaan. Dalam perannya sebagai presenter, seorang jurnalis harus memenuhi 4 kriteria standar seorang presenter. Seorang Presenter harus Rapih, suaranya nyaman untuk didengar, memiliki teknik baik untuk menyampaikan berita, dan pengetahuan yang memadai tentang materi yang akan diangkat.
Menurut data Statistik, 2,5 Milyar dari 7.067 Milyar orang didunia telah terkoneksi dengan Internet. Sehingga hal itu memberikan pasar untuk Media Online berkembang menggeser kedudukan Media Konvensional itu sendiri. Namun Bukan berarti jurnalis-jurnalis media online menjalankan pekerjaan yang lebih mudah. Jurnalis media online harus terus memberikan kecepatan dan akurasi dari sebuah berita. Inovasi dan fasilitas yang diberikan oleh media online pun terus di-upgraing seiring perkembangan teknologi. Teknik menulis berita di Media cetak memang berbeda dengan menulis di Media Online. Media online kerap menulis beritanya dengan singkat, padat, dan aktual. Gaya menulisnya pun tidak dibatasi oleh batasan karater. Sehingga kini banyak perusahaan Media Cetak Mengkonversikan Produk merak ke Media Online. Memang Pendapatan di Media Cetak jauh lebih banyak daripada Online, namun hal itu harus dilakukan agar pasar media semakin meluas dan tidak mengenal skala geografis. Dengan Media online, siapapun bisa mengakses dimanapun dan kapanpun. Pada akhirnya sirkulasi pendapatan media online bergantung pada iklan dan kreatifitas perusahaan media itu dalam menentukan konsep bisnis apa yang akan digunakan. Rika Theony, Wartawan muda professional, menjelaskan bahwa salah satunya adalah konsep yang digunakan dalam bisnis media online adalah paywall. paywall ini adalah konsep dengan mengenakan biaya ketika pembaca ingin mendapatkan berita yang eksklusif. Media akan meberikan berita yang lebih khusus dan mendalam, yang biasanya berbeda dengan berita-berita lain. Sehingga pasarnya adalah orang memang fokus dibidang itu. Berita-berita yang diangkat dalam konsep paywall ini bukanlah Mainstream, melainkan sebuah segmented-segmented berita yang khusus dan fokus. Media Online menyerakan konsep bisnis sesuai dengan kreatifitas masing-masing jurnalis. Hampir disemua negara-negara maju di dunia telah mengintegrasikan antara Video, Audio, Gambar, Streming, Akurasi, Kredibilitas menjadi suatu kesatuan yang saling terhubung. Sehingga banyak perusahaan Media yang berusaha meng-covered pembaca melalui berbagai bentuk media. Pemilik Media berusaha memenuhi kebutuh masyarakat di era globalisasi ini. Media berusaha mengikuti perkembangan teknologi sehingga tidak tertinggal dari negara-negara maju. Tentunya usaha-usaha tersebut diiringi dengan resiko-resiko yang menjadi hambata dalam Media Online tersebut. Brand media yang semakin beragam dan gaya media yang khas terus akan terus bermunculan menjadi hamabatan utama perkembangan Media Online. Salah satu cara untuk menyelesaikannya adalah menghadapi hambatan dan tantangan yang ada dengan inovasi-inovasi terkini dan fasilitas yang interaktif. Proses Peliputan, Editing, dan Produksi di Media Konvensional maupun Media Digital tidak akan lepas dari sebuah Etika dan Estetika Jurnalisme. Oleh karena itu jurnalis professional akan senantiasa mengikuti UU Pers No. 40/1999, Kode Etik Jurnalistik, UU. Penyiaran No. 32/2002, P3SPS, dan UU ITE. Seorang Jurnalis akan melakukan tugas-tugasnya dengan baik sesuai idealisme mereka masing-masing namun tidak terlepas dari Moral dan Etika seorang Jurnalis. Jurnalis dilidungi dengan kekuatan hukum dalam menjalankan profesinya. Jurnalis bisa menyelam di mesia cetak, elektronik, maupun Media online. Jurnalis adalah sebuah profesi yang bebas dan kuat. Namun tidak semua orang yang melakukan kerja-kerja jurnalistik bisa dianggap seorang jurnalis. “Jurnalis adalah sebuah profesi yang asik, dibutuhkan kemauan dan keuletan untuk mencapai goals yang diinginkan” ujar Moammar Emka, seorang wartawan senior sekaligus penulis buku Jakarta Undercover. Jurnalis Memiliki Kekuatan dalam Kebebasanya. Catatan : Tulisan ini dibuat pada saat saya mengikuti Pelatihan Jurnalis LISUMA INDONESIA dengan Tema “Quantum Jurnalis” di Graha Pemuda Taman Mini Indonesia Indah, dimulai dari tanggal 20-24 Februari 2013 yang dihadiri oleh 24 mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia (Universitas Gunadarma, UIN, UNJ, STIAMI, UII Yogyakarta, Universitas Jayabaya. Dll) serta menghadirkan beberapa wartawan senior sebagai pemateri.